DEVELOPER MENGALAMI LESU DARAH DI TANAH BUMBU
Developer Mengalami Lesu Darah Di Tanah Bumbu - Tahun 2005-2012 merupakan saat-saat keemasan bagi para pengembang perumahan di Tanah Bumbu, bagaimana tidak itulah merupakan awal-awal booming pembangunan perumahan bagi masyarakat menengah kebawah yang banyak belum mempunyai rumah sendiri.
Diantara sebagian masyarakat yang belum memiliki rumah tersebut yaitu para karyawan perusahaan tambang batubara, karyawan Pegawai pemerintahan dan swasta lainnya.
Maklum Tanah Bumbu pada saat itu lagi sedang tahap mekar-mekarnya setelah berpisah dari Kabupaten Induk yaitu Pulau Laut (Kotabaru), jadi tidak mengherankan banyak lapisan masyarakat dari berbagai daerah yang bermigrasi ke tanah bumbu untuk berusaha mencari rejeki. Ditambah lagi potensi Tanah Bumbu yang saat itu sangat primadona dengan hasil alamnya berupa batubara yang sangat melimpah..
Sehingga tidak mengherankan banyak diantara masyarkat yang pada saat itu masih ngontrak atau sewa rumah beramai-ramai menjadi bagian dari nasabah yang menjadikan kepemilikan perumahan dari berbagai Type yang ditawarkan, baik itu Type Subsidi ( Type 36 ) maupun Type Non Subsidi mulai Type-45 keatas.
Nah itulah periode awal para pengembang perumahan yang banyak mencoba menjadi developer baik yang sudah pengalaman maupun yang bersifat dadakan dengan hanya bermodal mengantongi izin dan legalitas lainnya dari pemerintah daerah, maka pihak bank selaku debitur sudah bisa mengucurkan dana modal pembangunan.
Namun saat ini pada periode 5 tahun terakhir kondisi justru berbalik 180 bisnis dibidang properti seperti halnya pembangunan perumahan sudah mengalami degradasi dan kelesuan, Banyak perumahan-perumahan Type 36 ( subsidi ) atau Type-type lainnya ( Non Subsidi ) yang ditarik/disita oleh pihak Bank Debitur akibat banyaknya tunggakan dari User (nasabah) yang tidak mampu lagi membayar kredit bulanan perumahan.
Bahkan banyak diantara Depelover yang mengalami gulung tikar dan kredit macet perbankan akibat kurangnya pasaran perumahan yang sudah mengalami kelesuan tersebut,
Hal ini disebabkan dengan adanya beberapa faktor penyebab antara lain :
- Banyaknya para User (nasabah) yaitu para karyawan perusahaan tambang yang angkat kaki dari Tanah Bumbu, karena lapangan pekerjaan sudah berkurang, dalam arti booming tambang batubara sudah berkurang.
- Banyak diantara para Depelover yang melakukan pembangunan perumahan tanpa melakukan riset atau study marketing, karena mereka tidak memperkirakan apakah jumlah rumah yang dibangun sudah sesuai kebutuhan pasar atau tidak.
- Tanah Bumbu bukan lagi tujuan utama untuk mencari rejeki tapi sudah bergeser ke kabupaten-kabupaten lainnya di Kalimantan Selatan
- Tingkat ekonomi masyarakat Tanah Bumbu kembali terjun bebas seperti era sebelum booming batubara
- Jumlah masyarakat pendatang yang bermukim di Tanah Bumbu sudah mulai berkurang.
Itulah sekelumit kisah para Pengembang Perumahan (Developer) di Tanah Bumbu yang dapat saya share saat ini. Semoga informasi ini ada gunanya dan mohon maaf bila ada kata-kata yang keliru.............
Comments
Post a Comment