NEGARA AGRARIS YANG IRONIS
Rumpun Padi Yang Hijau |
"NEGARA AGRARIS YANG IRONIS" - Siapapun yang memandang hamparan padi yang hijau, pasti akan merasa senang hatinya. Apalagi bila itu terjadi pada sang pemilik lahan atau sipenanam padi, maka pasti merasakan kegembiraan yang luar biasa. Hijaunya rumpun padi jelas itu menandakan kesuburan tanaman dan peluang untuk keberhasilan panen pun akan semakin besar.
Negara Indonesia yang berada pada posisi digaris katulistiwa dengan di anugerahi dua musim yaitu musim hujan dan musim panas serta kesuburan tanah yang sangat menguntungkan sekali sebagai potensi geografis yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pengembangan dibidang pertanian dan perkebunan. Ditambah lagi dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yaitu dengan jumlah pulau yang telah didaftarkan di PBB sebanyak 17.504 pulau, yang artinya Indonesia disamping sepagai negara agraris juga sebagai negara maritim yang sangat besar potensi kekayaan alamnya dari hasil laut dari segi bidang perikanan.
Indonesia yang sejak zaman sebelum kemerdekaan hingga periode terakhir zaman Orde Baru sangat terkenal dan dikenal sebagai negara agraris dan maritim oleh dunia, salah satunya yaitu sebagai negara pengekspor beras terbesar didunia pada masanya. Bahkan untuk membeli pesawatpun pada waktu itu Indonesia tidak perlu repot untuk mencetak lembaran rupiah tapi cukup hanya dibarter dengan beras, bayangkan betapa melimpahnya butiran beras di negara kita yang bernama Indonesia pada saat itu ( zaman Orde Baru ).
Tapi kini apa ? mulai di Zaman Reformasi hingga di Zaman Now ( istilah anak alay ) saat ini untuk predikat sebagai negara pengekspor beras tidak lagi melekat dipundak bangsa Indonesia tapi justru sebaliknya sebagai negara pengimpor (pemasok) beras terbesar di dunia. Bahkan hampir semua produk pertanian/perkebunan lainnya kita bergantung pada impor sebut saja seperti contoh lainnya bawang, lombok, kentang, buah-buahan. Bahkan yang teranyar yang tidak disangka-sangka garam dapur pun kita harus mesti Impor dari negara tetangga. Ironis memang, tapi yang lebih ironis lagi justru pemasok hasil pertanian/perkebunan yang masuk ke Indonesia justru negara kecil semacam negara Thailand yang mungkin luas lahan pertaniannya hanya 1/8 dari luas pertanian bangsa Indonesia.
Apa yang salah dengan bangsa kita ? hingga untuk memenuhi kebutuhan pangan bangsa sendiri saja kita tidak mampu. Tentu yang bisa menjawab semua itu hanya pemegang regulasi tertinggi negeri kita. Setidaknya kita tidak perlu gengsi atau skeptis belajar dan berkaca pada sejarah panjang yang pernah kita alami sebagai negara swasembada beras terbesar di dunia di masa lampau, kita bisa mencoba mengulang kembali apa-apa yang menjadi kesuksesan kita di masa lalu tanpa harus menggunakan teralis kebijakan otoriter yang telah kita protes bersama di waktu itu.
Jumlah dan luas pertanian kita tidak banyak berubah dari masa ke masa, setidaknya negeri gajah Thailand masih jauh luas lahan pertaniannya dibandingkan kita. Karakter masyarakat kita masih banyak yang mencintai budaya asli masyarakat bangsa, sebagai bangsa yang suka bercocok tanam dan nelayan, Tekhnologi pertanian kita sudah cukup mapan, hanya saja butuh kebijakan dan regulasi pendukung yang tegas untuk mengarahkan masyarakat kita supaya bisa terus giat memanfaatkan lahan dan sumber daya pertanian/perkebunan dan perikanan yang telah dianugerahi Allah SWT terhadap geografis bangsa Indonesia.
Lalu apalagi yang kita tunggu, negara yang ironis ini harus kita bangkitkan lagi seperti macan yang harus kita bangunkan biar bisa menunjukkan lagi bahwa bangsa Indonesia masih bangsa yang garang, masih bangsa yang besar. Minimal swasembada pangan bukan lagi dikerdilkan oleh bangsa yang kecil dengan jumlah penduduk yang sedikit.
Comments
Post a Comment