DEMOKRASI INDONESIA DILANDA HASTAG #2019 GANTI PRESIDEN
"DEMOKRASI INDONESIA DILANDA HASTAG #2019 GANTI PRESIDEN" -
Istilah #2019 Ganti Presiden, pertama kali di lempar oleh salah satu kader PKS yaitu Mardani Ali Sera dalam salah satu diskusi atau acara debat disalah satu televisi swasta nasional.
Kemudian entah kenapa tagar ini menjadi viral dan dijadikan konsumsi publik dan dimanfaatkan oleh sebagian rumah produksi bordir pakaian kaos sehingga seperti bensin yang disambar api lalu menjadi booming dan viral dimana-mana.
Inilah dinamika alam demokrasi kita yang sudah menjadi konsensus bersama sejak runtuhnya zaman Orde Baru dan berganti menjadi Zaman Reformasi. Suka dan tidak suka pilihan itu harus kita telan bulat-bulat. Hak, suara, pendapat dan pilihan menjadi kebebasan yang dilindungi. Selama itu baik dan berada dijalur yang benar sesuai koridor hukum yang berlaku.
Tahun 2018 sepertinya sudah menjadi titik pangkal berawalnya suasana pertarungan politik menjelang Pemilihan Umum Presiden pada Tanggal 18 April 2019, namun pada saat-saat ini aura dan nuansa politik sudah mulai memanas.
Perang Tagar sudah mulai dikumandangkan oleh Partai Oposisi dengan membuat hastag #2019 Ganti Presiden dan kemudian balas disambut oleh relawan Jokowi dengan membuat hastag balasan #Jokowi2Periode, disamping itu perang opini antar dua kubu pun yang pro-pemerintah dan Oposisi sudah mulai melancarkan saling serang dalam berbagai diskusi.
Dalam menghadapi suasana yang mulai memanas saat ini, kebijaksanaan cara berpikir para elite parpol sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Jangan sampai perbedaan pandangan dan pendapat hanya menambah kekacauan situasi berbangsa dan bernegara. Saat ini yang dibutuhkan dan diperlukan masyarakat adalah kesejahteraan, harga sandang, pangan dan papan serta kesehatan yang terjangkau terutama bagi masyarakat kecil.
Masyarakat tidak perlu dipertontonkan dengan berbagai macam perdebatan dan perbedaan, tapi bukti nyata saat ini hingga hampir 20 tahun era reformasi ini sudahkah hidup masyarakat kita sejahtera. Mungkin kesejahteraan itu iya ada, tapi masih dinikmati oleh sebagian kelompok tertentu saja seperti zaman-zaman sebelum era reformasi.
Perang tagar tidak perlu disikapi secara berlebihan, biarlah itu menjadi dinamika alam demokrasi kita, dan kita ambil saja hikmahnya bahwa mungkin itulah cara Tuhan untuk membantu para pengusaha rumah produksi pakaian agar bisa mendapat rejeki yang sedikit berlebih dari penomena yang ada.
Dan bagi kita sebagai masyarakat hendaklah tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, bagaimana pun semua kita adalah saudara. Amin.........
Comments
Post a Comment