DOSA SIAPAKAH SEHINGGA INDONESIA TIDAK BISA MAJU
"DOSA SIAPAKAH SEHINGGA INDONESIA TIDAK BISA MAJU" - Seperti sepenggal sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Ebit G Ade "....ini dosa siapa, ini salah siapa....", mungkin lagu tersebut seperti menyinggung tentang kondisi bangsa kita saat ini yang sudah berusia hampir 73 tahun sejak kemerdekaan 1945. Tapi masih berputar-putar di sekitar level predikat negara berkembang saja. Ibarat seorang insan manusia, usia 73 tahun adalah usia uzur yang hanya siap menghadapi kematian atau sakaratur maut saja lagi. Tapi bagi sebuah bangsa Indonesia yang terkenal dengan kekayaan alamnya tentunya sudah mampu memetik hasil yang sangat positif dan tingkat kesejahteraan yang tinggi tentunya dibandingkan negara-negara lainnya minimal negara tetangga.
Untuk diketahui, saat ini jumlah penduduk Indonesia sekitar 261 Juta lebih, 17.504 Pulau, 1.340 Suku dan 546 Bahasa.
Kalau dilihat dari data-data tersebut memang tidak mudah untuk mengelola sebuah negara dengan berbagai macam keberagaman, perbedaan adat-istiadat dan budaya ditambah lagi dengan bermacam-macam agama.
Namun inilah sebuah tantangan bagi seorang pemimpin, yang tentunya harus bisa mengelola dan mengembangkan semua potensi yang ada baik manusianya maupun sumber daya alam Indonesia yang besar ini.
Kepemimpinan bukan hanya sekedar pencitraan semata tetapi juga harus didukung dengan langkah kongkrit dalam hal pemerataan pembangunan dan pemerataan usaha disemua sektor.
Siapa yang berdosa sehingga Indonesia tidak bisa maju ?
Pertanyaan ini tentu siapapun tidak ingin disalahkan dan dijadikan kambing hitam. Kesadaran semua kita sangat diperlukan dan dibangkitkan, Bahwa sampai kapan bangsa kita ini masih berada pada derajat sebagai Bangsa Berkembang, dan kapan bisa naik kelas menjadi level/derajat bangsa yang maju.
Namun pada kenyataannya berkembangbiaknya partai politik ini bukannya membawa angin segar tetapi justru lebih banyak membawa angin busuk bagi bangsa Indonesia yaitu :
- Maraknya prakter Korupsi sebagai biaya balik modal mahar kampanye
- Persaingan antar partai lebih besar ketimbang bersatu membawa kemaslahatan bagi bangsa Indonesia
- Prinsif - prinsif kepartaian lebih dikedepankan dibandingkan Kebangsaan
- Biaya ongkos pesta politik dan demokrasi merampok begitu besar keuangan negara
- Masyarakat kecil non-intelek hanya dijadikan alat politik
Semua kita berpotensi berdosa, apabila semua kesewenangan tokoh-tokoh pemimpin bangsa dinegeri ini dibiarkan begitu saja tanpa adanya kontrol sosial yang membangun.
Semua kebijakan yang kita anggap dan senyatanya memang hanya merugikan bagi masyarakat dan hanya menguntungkan elit-elit parpol saja, wajib hukumnya kita kawal dan kita protes sebagai bentuk kontrol sosial demi tercapainya kemajuan bangsa Indonesia yang semakin tua ini.
Hal-hal lain yang dapat dianggap sebagai bentuk penyebab kegagalan bangsa ini menjadi bangsa yang maju, antara lain menurut deskripsi saya :
Semua kebijakan yang kita anggap dan senyatanya memang hanya merugikan bagi masyarakat dan hanya menguntungkan elit-elit parpol saja, wajib hukumnya kita kawal dan kita protes sebagai bentuk kontrol sosial demi tercapainya kemajuan bangsa Indonesia yang semakin tua ini.
Hal-hal lain yang dapat dianggap sebagai bentuk penyebab kegagalan bangsa ini menjadi bangsa yang maju, antara lain menurut deskripsi saya :
- Efek penjajahan dan pembodohan yang dilakukan oleh bangsa Belanda dimasa lampau masih terasa hingga saat ini
- Keterbelakangan pemikiran masyarakat kita masih terjadi di hampir semua daerah
- Gelar pendidikan hanya dijadikan sebagai status formal semata, tanpa diimplementasikan pada kehidupan nyata
- Budaya dan cara berpikir masyarakat kita yang masih bergantung pada hasil alam masih mengakar pada sebagian masyarakat kita, tanpa mencari alternatif dan kreatifitas lain selain menggantungkan harapan pada sumber daya alam.
- Berkembangbiaknya jumlah parpol justru sebagai bentuk ketidakpercayaan elemen masyarakat terhadap elemen masyarakat lainnya serta justru menguras keuangan negara yang sejatinya dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
- Pertarungan antar parpol dalam setiap pesta demokrasi tanpa disadari sebenarnya hanyalah pertarungan perebutan kekuasaan demi keuntungan kelompok tertentu dengan pemanfaatan masyarakat kecil sebagai alat politik, sehingga melahirkan pemimpin-peminpin yang korup.
- Para elite parpol lebih mamahami dan lebih suka memperdebatkan masalah hukum dibandingkan produktifitas atau hasil produksi apa yang telah dihasilkan oleh negeri ini.
- Kebijakan seorang presiden bukan mencerminkan kebijakan masyarakat luas, tetapi mencerminkan kebijakan kepentingan pro-partai pendukung dan pro-pengusaha asing sebagai Penanam Modal Asing (PMA)
- Sejak dicabutnya TAP MPR Tentang GBHN Nomor IX/MPR/1998, Praktis Arah, Visi dan Misi pembangunan berkelanjutan menjadi tidak jelas, Sehingga memicu adanya anggapan terserah Partai Pemenang Pemilu mau membawa kemana negeri ini tanpa arah yang jelas ( tanpa landasan yang kuat )
- Media cetak, elektronik dan media sosial masih kurang berperan aktif dalam penyampaian berita yang bertujuan mempersatukan bangsa, terkadang lebih suka memberitakan perdebatan dan perbedaan yang berpotensi bombastis demi rating atau oplah.
Masih banyak lagi tentunya kekurangan dan potensi-potensi yang berperan serta didalam kegagalan bangsa ini menjadi bangsa yang maju, yang tidak dapat dijelaskan satu persatu.
Namun dibalik semua bentuk kegagalan tersebut sebenarnya masih terbuka lebar peluang untuk bisa menjadikan bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang maju, asalkan dengan solusi antara lain :
- Perlu adanya rekonsiliasi Nasional yang melibatkan semua Partai Politik dan Tokoh Nasional lainnya yang non-partai serta melibatkan akademisi, hilangkan sesaat semua bentuk perbedaan, bendera dan lambang-lambang kepartaian. Satukan pendapat dan rumuskan arah kebijakan untuk selama tahun-tahun kedepannya dalam suatu aturan khusus yang artinya siapapun pemimpin negeri ini harus mentaati dan menjalankan sesuai konsensus yang telah ditetapkan ( ibarat seperti Pancasila yang sudah final yang tidak dapat diganggu gugat ).
- Peran serta media cetak, media elektronik dan media sosial bersatu dan berperan aktif didalam kesadaran membangun bangsa.
- Semangat nasionalisme harus tetap dijaga ditengah bertebarannya inteligen asing dinegeri ini dalam upaya menghadapi perang perdagangan internasional.
- Satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa sebagian negara maju dan modern didunia ini adalah negara yang tidak mengandalkan Sumber Daya Alamnya sebagai sumber Devisa Negara. Tetapi Revolusi Industri dan Teknologi menjadi senjata utama mereka untuk mencapai kemajuan bangsa. Untuk itu pendidikan yang berbasis Teknologi dan Industri perlu lebih ditingkatkan lagi di Zaman yang sudah Now ini.
Pengunjung dapat memberikan saran dan pendapat dalam kotak komentar secara sopan dan santun demi kemajuan bangsa.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya dan telah berkunjung. SALAM..............
Comments
Post a Comment